Postingan

Menampilkan postingan dari 2019

Tolong sadar, dan kejarlah! Larilah!

                Aku masih saja berjalan ketika semuanya mulai berlari. Bahkan ketika mereka sudah jauh di depan sana, aku masih berjalan seperti sedia kala. Dan ketika mereka terlihat hampir mencapai garis finish, aku masih tetap berjalan.                 Aku masih berjalan dan berpura-pura tidak peduli dengan apa yang mereka lakukan. Aku bukan berpura-pura sebenarnya, tapi aku sedang berlatih untuk benar-benar tak peduli meski kadang ada rasa penasaran yang muncul. Perasaan itu selalu muncul —memaksa masuk ke dalam pikiranku dan membuatku tak nyaman. Aku juga ingin berlari. Namun—ah perjalanan ini, ini sebuah perjalan hidup bukan pelarian hidup. Kenapa aku harus berlari?                 Aku masih berjalan menikmati apa yang ada di sekitarku. Kenapa harus berlari kalau dengan berjalan aku bisa mendapatkan kesenangan ini? Lihat kucing lucu itu! Dia sangat menggemaskan. Aku tidak akan bisa melihatnya kalau aku berlari. Lihat bunga yang mekar dengan cantik itu!   Aku tidak akan bisa

Dika, tunggu Mas Adhit ya!

                Sudah pukul 2 pagi, tapi mataku masih tidak mau terpejam. Padahal kepalaku sudah mulai pening, 2 hari tidak tidur. Tanganku terus bergerak memainkan ponsel. Padahal tidak ada apa-apa, tapi rasanya aku ingin tetap melihat layar ponselku. Aku terus membuka pesan dari salah satu nomor di kontak ponselku.   Dan selalu saja bibirku kembali menyunggingkan sebuah senyuman. Ah, malu rasanya. Ah, aku ingin berteriak.                 Aku menenggelamkan wajahku dalam sebuah bantal. Aku menjadi salah tingkah sendiri. Dan lagi-lagi kembali melihat pesan itu. Gatal tanganku, ingin sekali menekan gambar telepon. Tahan, pasti dia sudah tidur jam segini. Di ujung kiri, di sebelah foto profilnya menunjukkan kapan terakhir dia membuka aplikasi pesan ini. Ya, terakhir ketika kami sama-sama mengucapkan salam dan tertawa kemudian meminta salah satu untuk mengucapkan salam dan yang lain baru menjawabnya. Ah, aku malu! ———                 “Halo, Assalamu’alaikum.”                 Ak

Maaf

                Maaf aku terlalu berharap denganmu, sampai kamu merasa terbebani dengan hadirku. Maaf aku terlalu menunjukkan perasaanku dan membuatmu jengah dengan hal itu. Maafkan aku. Maaf aku pernah membuka hati untukmu yang tiba-tiba datang disaat aku membutuhkan seseorang. Disaat aku baru saja kehilangan orang terkasihku. Ketika aku butuh pundak untuk bersandar. Maaf aku sudah membiarkanmu melakukan semua itu padaku. Maaf aku tidak sadar kalau semua yang kamu lakukan hanya sebatas pedulimu terhadap seorang teman. Maafkan aku telah berharap lebih daripada itu. Maaf. [JbW]