Postingan

Menampilkan postingan dari 2014

Jam Kosong

        Jam kosong, disaat harusnya ada ulangan. Itu kayak semangkuk mie ayam bakso yang dateng pas lagi laper-lapernya.           "Wokkeee, jam kosong!" Sorak sorai dari anak-anak.          Yang dari duduk kalem langsung loncat heboh ke atas meja, goyang hepi katanya. Yang awalnya, sok-sokan baca buku langsung nyobek-nyobek buku dan langsung dilahap. Yang tadinya stress mikirin ulangan, langsung lari puter lapangan. Yang awalnya cuma mainan ballpoint, tiba-tiba kunyah-kunya ballpoint sambil koprol. Tiba-tiba anak sekelas tumbuh rambut-rambut halusnya, mulut mereka maju beberapa centi. Dan mereka garuk-garuk ketek sama pantat.          Oke, ini cuma khayalan aja. Sebenernya mereka masih manusia kok, yah walau agak nggak normal. Ada yang tiduran sambil mainan ballpoint, ada yang genjreng-genjreng gitar sambil nyanyi lagu satu album, ada yang ngegosip, ada yang semedi, ada yang selfie, dan masih banyak lagi.           Yah gitu deh, namanya anak sekolahan.         Wak

Ada "Anjing" Membentak

Kamu siapaku, berani membentak? Ayah? Bunda? Saudara? BUKAN! Kamu bukan apa-apa! Seperti angin, kamu hanya lewat. Tak berarti apa-apa Kamu menantang, aku diam Kamu marah, aku diam  Kamu membentak, aku tertawa Hahahaha Untuk apa aku balik marah? Buang-buang tenaga Silahkan marah, marah silahkan Untukmu, ada satu kata; BANGSAT!

Project. Kosong. Bukan apa-apa.

Kenapa CINTA? Apakah cinta suatu kewajiban? Mengapa segala sesuatu selalu dihubung-hubungkan dengan cinta?

Serius ini bercanda

UPRAK Menu Makanan "RUMAH DAHARAN" a.Makanan Nasi Awur Tempe Buto Ayam KOred b.Minuman Es Jingkrak Wedhang Keleg Teh Sendu c.Snack Kripik Bu Ayam Tempe kontet Godong menthel

Aku hanya ingin...

                Angin malam berhembus melalui celah-celah jendela kamarku. Tepatnya mungkin kamar kostku. Dengan luas yang hanya 3x2,5 meter. Sempit memang, tapi cukup bagiku ku yang hanya seorang saja di dalamnya. Aksen kamar ini masih sangat kuno tapi tidak ada unsur kejawen yang jatuhnya malah menjadi mistis. Tidak, tidak seperti itu.   Terdapat satu buah lemari, satu meja belajar, satu rak buku, dan satu tempat tidur tingkat.                 Aku tidak tahu apa yang akan aku ceritakan kali ini. Aku hanya sedang malas dan kesal saja dengan teman sebelah kamarku. Harusnya aku belajar. Ya belajar karena besok ada kuis. Tapi mereka, ya ‘mereka’ karena ada tiga anak, yang   sedang asik bergurau tanpa perasaan.                 “Anjiiiing!” Aku terus mengumpat.   Rasanya ingin ku maki mereka, tapi aku tidak enak.                 Ah sudahlah, percuma saja mengumpat. Mungkin kali ini aku akan bercerita tentang alasan ku lebih memilih kost dibanding di rumah ― yang padahal jarak dari

Ibu. . .

                Rasanya seperti kehilangan semuanya saat orang yang kusayangi pergi. Yah, dia pergi. Walau tidak selamanya, tapi tidak ada dia di sisiku. Aku bagai orang lemah tanpanya. Air mataku masih terus membanjir dan entah kapan akan berhenti. Mungkin tidak berhenti, tapi tergantikan dengan darah yang mengalir.                 “Ibuuu…” Ku sebut namanya dalam tangisku.                 Ibuku pergi meninggalkanku di rumah setan ini. Tidak, dia tidak jahat sedikitpun. Egoispun tidak. Aku maklum, dia juga sama stressnya seperti aku, tapi dia lebih.                 Bagaimana tidak, setiap harinya dia harus mendengar cacian dan hinaan dari laki-laki yang sempat ku sebut ‘bapak’. Tidak hanya itu, tidak jarang laki-laki yang sempat ku sebut ‘bapak’ ― yang kini telah menjelma sebagai iblis ― menyiksanya dengan pukulan atau sekedar tamparan. Aku diam melihat hal itu, tapi mentalku entahlah…                 Gadis berkelakuan kasar dan bermulut kotor. Itu image ku di sekolah. S