Postingan

Menampilkan postingan dari Mei, 2016

Bukan Dermagamu

   Aku selalu berkata 'kapal tak pernah lupa dengan dermaganya'. Sama seperti hari itu, ketika dia sedang asik berbincang dengan lawan jenisnya, tesenyum, tertatawa, dan sesekali mereka saling menyentuh. Bahagia. Senang. Dan aku di sudut ruangan yang satu dengan mereka, berusaha acuh seolah itu bukan lah hal yang besar yang harus diributkan.    "Bet, liat tuh abangmu lagi ngobro sama -bip-" Ternyata bukan aku saja yang mengamati dua orang itu. Ada satu temanku yang duduk di sebelahku yang juga melihatnya.    "Hahaha! Biarin." Aku berusaha biasa saja, toh aku memang biasa saja. Aku tidak cemburu. Garis bawahi kata-kataku tadi. AKU TIDAK CEMBURU.    "Halah, kalau cemburu bilang aja. Ati-ati lho nanti abangmu direbut." Yah, sepertinya untuk saat ini orang di sebelahku tidak pantas kusebut sebagai teman, mungkin tepatnya dia disebut sebagai kompor.    "Gakpapa direbut. Toh kapal tak pernah lupa dengan dermaganya." Balasku dan berhara

Bayangan

Gambar
Bayangan. Berjalan beriringan. Tak pernah lepas, tak pernah tinggal. Selalu bersama, setia. Namun mengapa hilang disaat semua gelap? Disaat aku membutuhkan sosok kawan. Apa mungkin yang kau cari adalah cahaya? Apa mungkin karena cahaya yang membuatmu datang? Selama ini bukan aku yang kau jadikan tujuan? Hanya cahaya yang kau inginkan. Mengapa? Terlalu kejam. Datang membawa segudang kebahagiaan, Yang semu nyatanya. Lalu pergi meninggalkan luka, Luka yang tak bisa menjadi bekas, Karena lukanya kan terus menganga merah. Tak bisa kering, ataupun menimbulkan bekas. Menganga, merah, menyakitkan untuk waktu yang lama dan entah sampai kapan. Kemudian kau kembali datang, seolah semua tak pernah terjadi di kehidupan. Padahal, luka ini masih sama. Aku berusaha lari dari mu yang telah kembali datang, Namun kau terus mengejar, dan kembali memberiku luka.

Ketek Basah

                Mau cerita, jadi ceritanya waktu itu Ntor mau cerita ke temen Ntor dan ceritanya Ntor waktu itu lagi cerita ketemen Ntor yang ceritanya waktu itu Ntor cerita ke temen Ntor yang ceritanya—, nah gitu aja terus sampe kambingnya simbah jalan-jalan ke mall pake gincu matte. Hahaha gak lucu!                 Gini wes, ini cerita sesungguhnya...                 Malam hari yang harusnya berhembus angin malam dengan semilir yang katanya dinginnya mampu menusuk hingga tulang-tulang, tapi pada kenyataannya malam itu tidak seperti itu. Malam itu hawa panas yang menggerahkan dan membuat seketika bulu ketek menangis alias keringetan. Asli panas. Malang malam itu panas. Dan jujur selama di Malang, Ntor belum ngerasain Malang dingin sedingin yang diceritain kakak kelas, yang katanya dinginnya berhasil membuatmu kembali ke masa lalu saat di pelukan sang mantan, yah bagi yang punya mantan aja sih. Jadi yang nggak punya mantan, tetep aja dingin ya dingin. Nah, Ntor sama sekali belum m