Postingan

Menampilkan postingan dari Maret, 2017

Kali ini Sisi yang Mana?

                Aku benci ketika aku mulai kekanak-kanakan. Merasa dengki, merasa tidak diadili.                 Aku selalu merasa, aku terus-terusan menomor satukan orang lain yang kuanggap telah dekat denganku, aku selalu ingin membuatnya merasa spesial. Tapi aku juga selalu merasa aku tidak pernah mendapatkan hal seperti itu darinya. Nah! Ini yang paling kubenci dariku. Merengek, minta disamakan, minta dimengerti. Padahal setiap orang punya caranya masing-masing memperlakukan orang lain. Tapi, aku tidak mudah menerima hal itu. Kalau aku sudah memperlakukanmu seperti itu, kamu juga harusnya seperti itu padaku.                 Kronis. Seperti sudah mengakar bertahun-tahun. Tidak tahu diri. Sadar, tapi masih tetap saja diulang-ulang. Aku tidak mengerti, bagaimana titik kepuasan itu bisa kudapatkan. Bukan, bukan aku. Tapi sisi diriku yang lain, yang sulit menerima keadaan.                 Aku pernah berniat meninggalkannya jauh, dan membuatnya menghilang. Tapi kenyataannya, keman

Tertawa

                Kadang, aku hanya ingin berbagi dengan mereka bagaimana caraku menikmati dunia ini. Bagaimana aku tertawa ketika semua masalah seperti menyerbu ku tanpa peduli masalah lain yang telah lebih dulu menghampiriku. Aku ingin mereka tahu sehingga mereka tak lagi menangisi apa yang tak perlu ditangisinya itu.                 Tapi aku salah. Berbagi itu tidak selamanya baik.  Tidak semua orang dapat menerima caraku. Dimata mereka itu hanyalah sebuah kebodohan. Bodoh, mengapa kamu tertawa di saat seperti ini? Bodoh, mengapa kamu tidak prihatin dengan keadaanmu? Bodoh, ketika kamu terus menertawakannya tanpa berusaha menyelesaikan masalahmu.                 Kamu, selalu tertawa atas semua yang terjadi. Sampai kamu lupa bagaimana rasanya bersedih. Sampai kamu kehilangan empati dan simpatimu. Sampai kamu tidak ingat lagi apa makna dari kata peka. Sampai kamu tidak bisa membedakan makna air mata apa yang saat ini keluar dari matamu. Ujung matamu memang mengeluarkan bulir-bulir

.

                Aku tidak tahu apakah setiap orang pernah merasakan sendiri. Merasakan keadaan dimana ia benar-benar tidak memiliki siapapun, bahkan ia tidak diharapkan oleh siapapun. Sampai akhirnya dia pun membenci keberadaannya di dunia ini. Dan menyesali kelahirannya di dunia.                 Aku ingin bertanya pada orang itu. Pada dia yang pernah terjebak dalam lubang hitam itu. Aku ingin bertanya bagaimana ia keluar dari semuanya. Bagaimana ia mengakhiri hidupnya yang tak diinginkan itu. Bukan! Bukan mengakhiri dengan cara menyerahkan nyawanya pada iblis, apalagi menghabisi nyawanya dengan sia-sia. Aku ingin hidup yang lebih baik. Itu maksudku. Tapi sepertinya, setiap kali aku menemukan seseorang yang kumaksud, nyatanya itu kutemukan hanya dalam sebuah tulisan. Tulisan kenangan yang sama sekali tak indah. Yang berisi semua penyesalan tentang hidup.                 Lalu pada suatu malam, malam yang sama seperti biasanya. Di bawah atap rapuh, dengan dinding yang mulai berlumut