Postingan

Menampilkan postingan dari April, 2013

My Life [Part 1 : Kartini's Day]

                Hari ini gue bangun dengan sejuta rasa, salah satunya dan yang pastinya itu ; NGANTUK! Iya deh, susah banget buat bangun tidur pagi-pagi dengan rasa fresh, pasti yang gue rasain masih ngantuk dan pingin balik lagi ngerem dalam selimut pink tebel kesukaan gue.                 TOLELOT.                 Anggep aja itu bunyi alarm hape gue, padahal sih deringnya lagunya BIGBANG yang AINT NO FUN. Tapi berhubung gue nggak tau liriknya gimana, ya semoga aja TOLELOT itu bisa mewakili dari dering alarm gue.                                                                                                                                                                                                                                                                              “Mbak Vicky!” Suara bocah laki-laki terdengar dari balik pintu kamar gue, ya Bima ― adik gue yang pertama. Bima ini hobi banget pamer di depan gue pas dia bisa bangun lebih pagi dari gue. SIALAN.    

Ga Tau ini apa @.@

Gimana coba rasanya liat temen sendiri ngepeper cowok yang udah kita suka dari jaman SMP kelas IX sampe sekarang (SMA kelas X)? Euh, sebel banget lah! Padahal jelas-jelas, dia udah punya peperan sendiri, tapi masih saja ngepeperin cowok inceran kita!!! Shiti banget lah! Mana orangnya sensian pula! Heuh.

Paragraf Argumentasi

Paragraf Argumentasi merupakan paragraf yang isinya dimaksudkan untuk memengaruhi pembaca agar menerima ide/gagasan/pendapat yang dikemukakan, baik yang didasarkan pertimbangan logis maupun emosional. Agar ide/gagasan/pendapat kita dapat diterima oleh pembaca atau teman bicara, kita bisa mengemukakan dengan berbagai alasan yang logis untuk meyakinkan. Alasan baiknya memiliki nilai keindahan, kebenaran, kebaikan, kebergunaan, dan keefektifan sesuai paham yang dianutnya. Kekuatan argumen terletak pada kemampuan penulis dalam mengemukakan tiga prinsip pokok, yaitu pernyataan, alasan yang mendukung, dan pembenaran.  Paragraf argumentasi dapat disampaikan dengan dua cara ; deduksi dan induksi. Deduksi ; pernyataan umum, khusus 1, khusus 2, khusus 3, khusu 4, khusus 5. Induksi ; khusus 1, khusus 2, khusus 3, khusus 4, khusus 5, kesimpulan umum.

CONTOH Argumentasi (tentang Rasa Pedas)

Hahahaa... Dapet tugas dari sekolah buat bikin paragraf argumentasi. Nah iseng-iseng nyoba bikin dulu sebelum dikasih ke gurunya, kayak gini nih :                 Dewasa ini makanan pedas tidak hanya digandrungi oleh orang dewasa, anak-anak pun mulai menyukainya. Makanan tanpa rasa pedas rasanya tidak afdol untuk orang Indonesia. Rasa pedas atau sambal yang hampir setiap hari dikonsumsi oleh manusia, tidak hanya memiliki dampak negatif saja tapi juga memiliki dampak positif. Dampak positif itu antara lain dapat meningkatkan kesehatan jantung dan meningkatkan kemampuan tubuh untuk melarutkan kebekuan darah. Rasa pedas juga dapat mengurangi risiko kanker, karena pada rasa pedas itu bisa membunuh sel kanker dengan cara menyerang mitokondria tanpa merusak sel-sel yang sehat, dan dapat meringankan rasa sakit di mulut bagi penderita kanker. Melihat dampak positif di atas mungkin akan meningkatkan ketertarikan kita pada rasa pedas, boleh saja, namun kita harus mengetahui kadar atau kem

Mungkin Aku Suka...

Gambar
Ini terlalu sakit untuk diceritakan, tapi juga terlalu berat untuk dipendam sendiri. Segelintir orang mungkin telah mengetahui hal ini, tapi tidak sepenuhnya. Sulit, bahkan sangat sulit menceritakan hal ini secara detail. Selalu ada yang ditutup-tutupi. Aku tidak tahu harus memulai semua dari mana dan saat kapan. Yah, mungkin saat itu…                 Saat dimana kami masih sama-sama polos. Tidak mengetahui apa itu cinta sebenarnya, dan bagaimana rupanya. Yang kutahu tentang cinta adalah angka delapan. Ya angka delapan, meski berliku dan berkelok jika cinta itu benar, maka takkan pernah terputus. Setidaknya itulah yang ku tahu, hasil dari aku membaca novel-novel remaja maupun dewasa.                 Aku mengenal sosok nya ― Hussein, sebagai anak laki-laki pendiam. Dia jarang sekali bicara, baik di kelas maupun di luar sekolah. ― Saat itu kami masih duduk di bangku SMA, kelas X ― . Kami tidak terlalu akrab, meski sudah beberapa kali kami disatukan dalam sebuah kelompok belajar.