Si Kera Bodoh

                Aku tidak memintamu memilihku, bahkan mempercayaiku seperti sekarang ini. Yah, aku tahu semua ini salahku, semestinya dulu aku tak membuatmu melihatku, semestinya aku tak menunjukkan diriku di hadapanmu, hingga akhirnya kau memilihku dan sepertinya begitu mempercayaiku.
                Aku bukan anjing yang bisa kau ikat lehernya lalu kau bawa kemana pun kau suka, aku ini lebih tepatnya seperti kera yang bisa dirantai tapi lebih sering membertontak. Aku tidak suka jika pada akhirnya kau mengikatku. Tak membiarkan melakukan sesuatu yang aku hendaki. Aku bisa marah. Bahkan sering kali aku telah menunjukkan padamu kalau aku jengah dengan mu, jengah terhadap semua akan dirimu. Tapi sepertinya kau berpura-pura bodoh untuk memahami kejengahan ku ini. Aku ingin kau lepas saja. Biarkan aku tak bertuan, biarkan aku mati kelaparan di jalanan, biarkan aku tak merasakan kasih sayang yang terasa berlebihan itu, karena aku tak suka terus dirantai.
                Kau. Kau terus memberikan semuanya padaku, ini itu padaku.  Tak membiarkanku menikmati duniaku. Kau katakan pada semua, aku yang terpilih, aku yang paling dipercaya. Tapi sepertinya itu hanya untuk kau perlihatkan pada dunia saja, sementara sikapmu yang berlebihan itu justru perlahan membuatku muak. Bukan perlahan, bahkan di waktu yang baru sebentar ini saja aku sudah muak dengan mu. Aku tidak suka denganmu. Aku benci dengan semua tentangmu.

                Dulu aku tak ingin percaya ketika mendengar yang lain mengatakan hal buruk tentangmu, aku malah semakin tertarik mendengar cerita itu.  Dan memang si bodoh dan bebal ini akhirnya merasakan apa yang orang lain ceritakan waktu itu. Aku si kera bodoh dan bebal yang akhirnya menyesal. 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Dika, tunggu Mas Adhit ya!

Tolong sadar, dan kejarlah! Larilah!